Perbincangan berfikir kritis lagi menjadi trending topic di Madrasah kami. Adalah Sang Pengawas Milenial, DR. H. Rudi Ahmad Suryadi, yang membuat topicitu menjadi hangat. Pembinaan beberapa minggu yang lalu telah menggiring kita untuk mengetahui lebih dalam dan menerapkan HOTS (High Order Thinking Skill) dalam formulasi indikator pembelajar hingga pada penilaianya.
Seorang teman bertanya. “mengapa harus repot-repot membuat soal yang membuat anak pusing? Bukankah tujuan pembelajaran adalah agar anak tahu.” Saya mendengar pertanyaan itu sedikit diam. Namun saya ingat suatu kejadian. Salah seorang teman MEP (Muslin Exchange Program) menulis tentang phenomena mengaji zaman now. Menurutnya sudah ada pergeseran mengaji dari surau dan kitab klasik menjadi google serta googlingnya. Tulisan teman tersebut menggoreskan beberapa poin penting dalam benak saya.
Pertama, sekarang kita bisa dengan mudah datang ke Om google dan searching tentang apapun. Misal saya akan mencari tata cara berjamaa. Maka akan muncul lah banyak entri tentang hal tersebut. Alamat web nya bermacam-macam. Mulai dari yang berakhirna com, berakhiran id, blogspot, wordpress dan lain-lain. Juga bisa bacaan atau dasar referensi kitab tersebut, wahabiyah, salfiyah, sunni dan sebagainya. Semua serba ada dan semua serba lengkap. Pendek kata pengetahuan menjadi sangat mudah dan dalam genggaman.
Kedua, apa yang akan terjadi seandainya, kita yang akan membacanya tidak memiliki kemampuan berfikir kritis. Pasti diantara kita akan Blank Carbon Copy(BCC). Maksud dari BCC adalah mengambil pengetahun dari yang kita peroleh begitu saja tanpa meneliti referensinya terlebih dahulu dan tanpa menggunakan kaidah-kaidah ilmu fiqih atau usul fiqih yang sudah pakem dalam ajaran Islam. Bagus kalau yang menempati puncak pencarian adalah aliran yang tidak radikal. Jika iya, bahayalah negeri ini.
Bisa saja, seseorang tersebut jadi enggan berjamaah bersama dengan orang kampung karena tata cara berjamaah yang didapat dari google berbeda dengan tata cara yang diterapkan di masjid tersebut. Sehingga orang tersebut lebih baik mengakhirkan sholatnya demi sebuah pengetahuan yang belum tentu kebenaranya. Akhirnya ia meninggalkan yang wajib demi sesuatu yang belum tentu sesuai dengan sunnah Nabi.
Oleh Karen itu, memfasilitasi peserta didik kita dengan berfikir kritis itu penting tidak usah menjadi perdebatan lagi. Sebenarnya berfikir kritis itu adalah landasan ajaran islam. Bukankah banyak ayat dalam al-Quran yang menggiring dan mengajak kita berfikir, menelaah, melihat kembali. Atau bahasa al-Quran biasanya dengan kalimat agar kamu mengetahui dan sebaginya. Walaupun berfikir kritis baru terlembagakan dalam sebuah penelitian baru pada tahun 1988 dan masuk dalam kurikulum kita pada tahun 2018-an.
So, ayo berfikir kritis karena berfikir kritis menurut Steven I Meisel dan David S Pearson (2006) akan mampu mendukung prilaku etis yang mampu memfasilitasi kita untuk memilih masa depan dengan bijak dan mencegah korupsi. Dan Kurlan (2000) menambahkan berfikir kritis mendorong berfikir rasional, kesadaran diri, jujur, terbuka, disiplin dan adil. Maka, ayo Kritis!
Berpikir kritis mendorong org memahami syariat secara utuh,terbuka,dn komprehensif,shg menghilangkan kejumudan dlm berfikir.
ردحذفbagus tah Yank
حذفإرسال تعليق