Saya sangat tercengang dengan kemampuan siswa-siswa MTs. Negeri 3 Cianjur. Ketika tantangan mulai saya gulirkan, Azri adalah yang pertama menjawab tantangan itu. Tidak hanya satu, kini Azri telah mengirim beberapa tulisan yang semuanya bagus. Azri membuktikan menulis itu bukanlah hal yang susah ketika terus diasah. Menulis bukan melulu tentang bisa atau tidak tapi mengenai mau atau tidak. Selamat Azri, Ibu selalu bangga padamu!
Aku teringat kembali dengan sosok yang sudah lama meninggalkanku. Aku teringat sosok kakek yang banyak menyimpan banyak kenangan bersamaku. Kakeku memang sudah meninggal kurang lebih dua tahun yang lalu. Namun rasa rindu ini kembali singgah dalam hati yang mencoba untuk ikhlas. Rindu ini datang secepat hembusan angin yang terkadang membuatku lemah dan luluh saat aku teringat akan sosoknya.
Kakekku memang orang yang paling dekat denganku selain orang tuaku. Aku ingat pertama kali aku sekolah di Madrsah Ibtidaiyah Muslimin. Aku begitu semangat dan sudah siap berangkat ke sekolah. Namun di luar rumah kakekku sudah siap dengan pakaian batik biru muda yang sering dipakainya jika ada acara tertentu. Waktu itu aku terasa dikalahkan dengan kakekku yang sudah siap lebih awal dibandingkan aku. Kami pun berangkat, dan alhamdulillah saya diterima di sekolah tadi. Jika ada tugas di sekolah seperti tugas membuat kerajianan, aku sering meminta bantuan kepada kakekku. Dengan senang hati kakekku membuatkannya untukku.
Setiap pagi ketika fajar masih belum terlihat, kakekku sudah berada di halaman untuk menyapu seluruh halaman rumahnya. Bukan hanya halaman rumahnya yang dibersihkan, halaman rumah orang lain pun kakekku bersihkan. Maka tak aneh, para tetangga sangat baik juga sangat menghormati kakekku.
Kakekku memang pribadi yang rajin, hari-harinya beliau habiskan untuk hal-hal yang bermanfaat. Beliau rutin membaca Al-Qur'an, mengikuti pengajian-pengajian di kampung, bahkan pengajian-pengajian yang jauh pun tak jarang kakekku ikuti. Dalam usia yang sudah tua, kakekku bisa konsisten menjalankan semuanya.
Namun kesedihan sudah mulai terasa ketika kakekku terbaring sakit tak berdaya. Kulihat badannya mulai kurus, bicaranya sudah mulai tak fasih, dan sudah sangat sulit untuk berjalan lagi. Tak ada kata putus asa, meskipun dia dalam keadaan sakit Kakekku sesekali meminta bantuan Nenekku untuk membantunya ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tak jarang, aku pun sering dipanggil untuk sekedar memboyong tangan yang sudah tak berisi daging tersebut. Sambil memboyong Kakekku ke kamar mandi, aku sangat tak kuasa menahan air mata yang perlahan jatuh tak terbendung. Waktu terus berjalan, kakekku sudah mulai lemah. Sehingga dia tidak sanggup lagi untuk berjalan, dan hanya bisa terbaring lemah di atas kasur.
Sempat kakekku dibawa ke rumah sakit. Dia dirawat beberapa hari di sana. Namun tidak sampai seminggu, kakekku sudah tidak betah berada di rumah sakit. Dia hanya ingin pulang kerumah. Akhirnya kakekku diizikan untuk pulang kerumah dan disediakan juga beberapa obat yang harus dia konsumsi. Namun ketika di rumah kakekku sudah tidak mau minum obat lagi, dan lagi kondisinya pun kembali lemah. Bahkan kondisinya kali ini benar-benar sangat tak berdaya. Akhirnya seluruh anak-anak kakekku diminta untuk pulang secepatnya ke rumah. Mendengar hal itu aku sedikit bingung dan cemas.
Dan pada hari jum'at, tepatnya setelah aku bersama pamanku pulang sholat jum'at, Nenekku menjerit panik. Sontak Pamanku langsung mencari seorang ustadz untuk pergi kerumah. Keadaan saat itu terasa sangat haru. Kakekku dibimbing ustadz mengucapkan kalimah toyyibah. Aku terus memegangi kaki beliau yang mulai dingin dan kaku. Dan tidak lama setelah itu, akhirnya kakekku menghembuskan nafas terakhirnya. Air mataku sudah sangat deras mengalir. Suasana di rumah kala itu penuh dengan jeritan dan tangisan duka. Kakeku berpulang untuk selamanya.
Kakeku dengan semua kenangannya sangat sulit untuk dihilangkan dari benak. Aku kagum dengan sikap pantang menyerahnya yang tak pernah padam. Meskipun lemah tak berdaya, Beliau tetap mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya. Kakekku memang sosok inspirasiku. Maka tah heran rasa rindu itu kembali singgah dalam lubuk hatiku. Namun kali ini rindu itu membuatku bangkit dan bersemangat dalam menghadapi hidup. Rindu ini juga mampu membuatku bangkit dari setiap ujian dan cobaan. His exemplary still exists even though he is gone.
Teruskan semangat menulisnya Azri ! Ikatlah ilmu dg tulisan (Qayyidil Ilma Bil Kitabah).
ردحذفإرسال تعليق