Zahra adalah salah satu yang bersinar pula. Saya masih ingat ketika Zahra mampu menghapal secara rinci buku panduan KSM Biologi. Ia sangat menawan. Membaca tulisanya, hati saya begitu remuk. Kerinduan akan sosok yang telah tiada yang bisa menenangkan jiwa, selalu merobek perasaan siapapun. Ibu berharap Zahra masih mampu berdiri sendiri dan meraih mimpi walaupun dengan rengkuhanmu sendiri. Ketika tidak ada manusia yang mampu meniupkan bantuan. Ada Tuhan yang selalu setia setiap detik menyokongmu, Zahra. Tetap dalam orbitmu ya, walaupun kau harus menangis darah.
Banyak makna hidup yang belum aku pahami. Sempat ingin membongkar sebuah rahasia kehidupan yang tak mungkin orang lain mengerti. Saat sinar jingga yang menenggelamkan senja, langit mendadak berubah menjadi gelap. Kini, malam yang gelap kembali datang bersamaan dengan kesunyian dalam hidupku. Detik yang begitu cepat berlalu, meninggalkan tanpa isyarat. Kini, hanya sebatas kerinduan yang tersisa, rindu yang ingin ku ungkapkan entah pada siapa.
Hidup yang singkat memang sangat berarti baginya. Dia yang tak pernah lelah mencari arti kehidupan, yang selalu mencoba menaklukan mimpi, meski dunia bukan untuknya. Dia adalah seorang kakak yang pernah aku miliki satu-satunya, yang kini telah musnah ditelan jahatnya bumi. Sosok kakak bagiku saat itu memang hal yang sangat biasa. Tapi setelah kepergiannya, aku membutuhkan seorang kakak untuk membantuku mewujudkan mimpi.
Sikapnya yang sering menjengkelkan ibu, ulah kenakalan yang sering dibuatnya, kini telah tertulis dengan tinta putih. Aku rindu mendengar suara tangisan yang membisingkan rumah setiap hari. Aku rindu aku yang selalu menang dibela ibu. Dan aku juga rindu menjadi seorang adik dari kakak yang sering mengajakku bertengkar. Semuanya telah berlalu dan tak mungkin pernah terjadi lagi.
Menahan rasa sakit memang hal yang biasa dirasakannya. Tapi sakit yang dideritanya kali ini, betul-betul membuatnya tak berdaya. Terbaring lemas, dengan selang impusan di tangan kirinya dan selang oksigen di hidungnya. Melewati masa-masa koma di atas kasur rumah sakit yang tak begitu membuatnya nyaman. Hanya 9 hari ia mampu bertahan melawan rasa sakitnya itu. Tepatnya pada jam 02.00 pada hari Selasa, dia mengakhiri nafasnya untuk yang terakhir kalinya dengan tetesan air mata dipipinya.
Kain putih yang menutupi sekujur badannya, tangisan dan jeritan tak ikhlas dari seorang ibu, membuat sesak nafasku menerima cobaan ini. Sulit bagiku menerima kenyataan, aku benar-benar kehilangan sosok seorang kakak, yang tak akan pernah ku rasakan kembali kehadirannya. Kerinduan adalah kerinduan didadaku yang tak mampu ku usir dengan penuh kerelaan.
11 tahun memang sangat singkat untuk menikmati isi kehidupan. Sangat sulit dibayangkan maut mengambilnya perlahan. Hanya tetesan air mata yang keluar, jika ku merasakan rindu yang kejam. Sering terlintas dalam mimpiku kehadirannya. Aku yang begitu sangat menginginkan kakakku kembali. Tak percaya, bahkan sulit untuk meyakinkan hati, dirinya telah hilang dimuka bumi.
Cerita masa kanak-kanak yang Ia lewati akan selalu tersimpan rapat dalam album suci tanpa sedikitpun debu. Kak, kini kau telah sembuh. Kau tak akan pernah merasa kesakitan lagi. Allah telah mengangkat penyakitmu. Beliau sangat menyayangi Kakak. Ini adikmu yang selalu merindukanmu.
Ketika rindu, kirimkan do'a untuknya, nak. Tulisannya bagus, ibu tunggu tulisan Zahra berikutnya. Tulisannya buat ibu menetaskan air mata.
ردحذفSemangat Zahra ! Teruslah asah kemampuanmu !
ردحذفإرسال تعليق