Sang Milenial ini terakhir menulis pada tanggal 8 April 2018 dengan judul “Mall Vs Warung” dan tulisanya tersebut dibaca oleh 89 viewers (per tanggal 20/4/2018; 12.55). Dari testimoninya di Whatsapps ia menulis “banyakkkkk difikiran teh tuliseun, nuhun Unnie ku Ateu, aku jadi sering mikir nulis hahahahha.” Setelah tulisan yang pertama itu, nampaknya saya telah berhasil membuat Ia seperti kolecer. Otaknya berputar tidak karuan karena ingin menulis. Dan bagi saya hal itu adalah kesenangan. Hasrat saya untuk semakin banyak rekan-rekan yang lieur dan menuliskan ke-lieuran-nya semakin menggebu-gebu. Selamat terjebak dalam keindahan kata-kata, duhai Sang Milenial, tenang ada aku bersama mu!
Sehabis Isya menjelang tidur, iseng-iseng saya buka facebook dulu. Niatnya hanya sekilas saja, saya membaca-baca informasi. Namun jari ini terhenti pada salah satu video Ust. Adi Hidayat, Lc,MA mengenai salah satu dari tiga hal yang tidak disukai oleh Alloh SWT.
Dari ketiga hal tersebut salah satunya yaitu menyampaikan berita yang tak jelas asal usulnya atau sumbernya. Dalam bahasa kekinian, anak zaman now, hal itu disebut "hoax".
Banyak sekali dari kita mengawali suata pembicaraan denga kata-kata yang buram. Misalanya: "katanya ada teroris ya kemarin". Ungkapan kalimat tersebut tidak jelas asal usulnya. Kata "nya" disana merujuk pada siapa?.
Maksud dari pertanyaan saya adalah jika kita mau berkomunikasi atau menyampaikan pendapat/berita yang belum jelas sumbernya, sebaiknya disimpan saja dalam hati. Apalagi jika kabar atau berita itu tidak berfaedah baik untuk diri kita atau orang lain. Kecuali jika kabar atau berita tersebut diperlukan klarifikasi karena adanya suatu kejadian dan peristiwa yang perlu ditangani dan dibuktikan kebenarannya demi kebaikan bersama.
Contoh kasus misalnya ada aduan dari masyarakat melalui sms dengan tidak mencantumkan nama jelas atau sms buta mengenai siswa yang melakukan pesta miras di lingkungannya. Maka demi terciptanya kemaslahatan dan kedamaian di masyarakat dan di lingkungan sekolah, pihak sekolah perlu menginvestigasi hal tersebut secara tuntas meski kabar yang diterima awalnya dari sms buta.
Dari peristiwa ini saya mengambil pembelajaran bahwa agar kita lebih berhati-hati dengan kehebohan berita-berita yang bertebaran disana sini yang entah berantah sumbernya. Kita harus berhati-hati dalam men-share kembali berita tersebut agar tidak menimbulkan kegaduhan yang lebih parah. Padahal belum tentu berita tersebut valid adanya.
Dan sebuah pengetahuan terbaru juga bagi saya bahwa zaman now, bukan hanya lidah yang tak bertulang dan membahayakan kita. Namun jari yang asal share berita hoax pun menjadi layaknya sebilah pisau yang menghunus pada jantung kita sendiri.
Lawan berita Hoax dg menuliskan ilmu dn kisah2 inspiratif..
ردحذفإرسال تعليق