SULIT UNTUK DIHARGAI (OLEH AZRI SYAHRUL FAZRI)


Azri, untuk kedua kalinya mengirim sebuah tulisan. Setelah tulisan pertamanya di Blog ini di baca oleh lebih dari 100 orang, Azri jadi lebih bersemangat menulis. Azri dengan segala keterbatasanya, mampu meloncati batu sandungan dan terus maju bergerak. Karena hanya dengan maju dan bergeraklah, terus dan terus, semua rintangan dapat kita kalahkan dan semua cita-cita dapat kita raih. Bravo Azri. Teruslah menulis selama matahari masih bersinar. 

Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Cianjur merupakan sekolah tempat saya menimba ilmu. Sekolah yang bisa dikatakan memang jauh dari kota dan keramaian. Di sekolah ini saya diajarkan bagaimana bersikap dan hormat terhadap orang yang lebih tua. Di sini pula saya diajarkan bagaimana menaati aturan maupun tata tertib.  Dan di sini juga saya bertemu dengan orang - orang hebat yang telah memberi limpahan ilmu yang bermanfaat bagi saya.

Sepenggal fajar telah terbit, waktu dimana rutinitas saya dimulai di sekolah. Saat tiba disekolah, sudah berjejer di tempat parkir mobil dan motor para pengabdi Kampus Biru. Mereka datang lebih pagi dari pada saya. Padahal rumah - rumah mereka lebih jauh dibandingkan rumah saya. Dalam hati ini berbicara seandainya mereka itu berbicara untuk jangan kesiangan kepada muridnya tentulah sangat wajar  karena mereka sendiri telah mengajarkan muridnya tentang disiplin waktu, dan selalu untuk tidak kesiangan kesiangan.

Bel masuk telah berbunyi semua murid masuk kelasnya masing – masing. Begitu juga setiap guru mata pelajaran. Sebelum dimulai kegiatan belajar mengaja, terlebih dahulu para murid di setiap kelas melaksanakan tadarus Al - Quran. Selepas itu, barulah kegiatan belajar dimulai. Berbagai macan materi diberikan, disampaikan dan dijelaskan. Hingga terkadang saya melihat seorang guru yang mengusap keringat mereka yang akan jatuh. Disitulah tampak jasa mereka yang mungkin jarang kita pahami dan kita renungi. Usapan keringatnya menandakan bahwa guru memang tidak ingin memperlihatkan lelahnya mengajar. Mereka hanya ingin muridnya sukses karena ilmu yang diajarkannya.

Terkadang saya merasa sedih ketika ada sebagian guru yang masuk kelas, tiba - tiba separuh murid - murid yang ada dikelas tidak ada. Guru kadang bertanya kepada sebagian murid yang ada dikelas dengan penuh kekesalan yang dipendam, dengan bertanya

"kemana seabagian lagi ?".
Lantas  murid yang berada di kelas menjawab
"masih diluar pa / bu"

Ucapan ‘masih di luar lah” yang kadang kala menyebabkan guru itu sedikit patah semangat untuk mengajar. Serasa dalam hati mereka, bahwa mereka tidak dihargai dan amat sulit untuk dihargai. Dengan penuh kesabaran dan ikhlas, mereka tetap mengajar di kelas meskipun hanya separuh dari murid - murid yang ada dikelas.

Tak selang beberpa lama murid - murid yang masih di luar tadi masuk satu demi satu masuk kelas. Lantas guru yang sudah berada di kelas tadi bertanya

"Dari mana kalian?"

Sontak satu demi satu murid yang masuk menjawab dengan berbagai alasan. Ada yang menjawab bahwa dia dari air. Padahal nampak jelas dari mulutnya masih terdapat minyak dan sisa - sisa gorengan. Sebagian murid menyanggah sambil bergurau, mengatakan

"Masa dari air tapi kok mulutnya penuh dengan minyak?”

Guru tersebut hanya menanggapinya dengan gelengan kepala sambil beristighfar. Terdapat juga murid yang sengaja tidak masuk kelas. Dia hanya diam di ruang UKS dan beralasan sakit. Padahal saat bertegur sapa dengan teman - temannya yang lain dia baik - baik saja. Guru yang berada dikelas lantas bertanya kepada murid - muridnya yang berada dikelas

"kemana Si Fulan? "
Salah satu murid sontak menjawab
"Sakit pa/bu, ada di ruang UKS.”

Ada juga murid yang dikelas tadi yang menjawab dengan penuh kekheranan  
"Perasaan tadi dia enggak apa - apa pa/bu

Mendengar hal itu tidak respon apa - apa dari guru tadi dan hanya kembali menggelengkan kepala. Meskipun demikian, kegiatan belajar dan mengajar tetap dijalankan guru.

Dan yang membuat saya sedih dan kasihan yaitu tepatnya pada suatu hari, selepas pelajaran olahraga. Selepas olahraga tentu murid - murid dianjurkan mengganti bajunya dengan seragam batik. Biasanya saya mengajak beberapa teman saya untuk mengganti baju, karena selepas ini adalah pelajaran Pak Fulan. Ada yang mau diajak dan ada pula yang mengatakan

"Ahh gak apa - apa bapak itumah ..."

Sambil menyeleneh dengan gurauan. Ketika Pak Guru tadi masuk ke kelas dan sontak langsung menyuruh murid - muridnya yang belum mengganti bajunya dengan sedikit ocehan. Terkadang sebagian murid - murid di kelas juga mengatakan

"Ganti baju dong, hargai bapak !”

Namun ocehan Pak Guru tadi ada yang menuruti dan ada yang beralasan bahwa dia gak bawa baju batik lah, baju batiknya sobek lah dan ada juga yang hanya acuh seakan - akan tidak mendengar ocehan Pak Guru.

Kembali Pak Guru hanya menggeleng - gelengkan kepala sambil merunduk dan menghembus nafas. Ia juga sesekali keluar dari kelas untuk menghilangkan kekesalan mereka. Dalam hati ini kembali berbicara

 “Guru itu ingin memberi ilmu, tapi kenapa sebagian kecil murid menolak ilmu darinya dengan alasan - alasan yang aneh dan perilaku yang tidak seharusnya dilakukan terhadap seorang guru”

Hati ini kadang tersentuh. Guru tersebut tetap mengajar di kelas meskipun banyak kebohongan dan perilaku yang kurang baik dari murid - muridnya. Sebagaimana haknya sebagai seorang guru, mereka tetap mengabdi tanpa mengenal bosan dalam mengajar. Tak peduli senakal apapun muridnya, mereka tetap memberi ilmunnya dengan ikhlas dan kasih sayang serta untuk masa depan para muridnya nanti.

Maafkan Kami, Guru!

Post a Comment

أحدث أقدم

المتابعون

إجمالي مرات مشاهدة الصفحة