![]() |
Foto tahun 2009 |
Duduk di antara guru-guru muda, mengingatkan kami pada tahun 2005. Ketika itu kali pertama saya tiba di Madrasah ini. Cet kelas yang warna coklat tua dan krem seperti warna tanah yang saya injak kala itu, membuat hati terasa ketir. Madrasah tempat saya bekerja ini sangat menyeramkan dan terlalu sunyi untuk di sebut sekolah.
Payung-payung ijuk mengelilingi lapang depan. Bendera merah putih yang sudah kumal berkibar di antara pohon bougenvil ungu yang menjulang. Sedangkan lapang belakang penuh dengan pohon pisang, lamtoro dan pohon talas penuh sesak mengelilingi lapang voli dengan net yang terkoyak.
Saya yang kala itu sangat muda dan baru lulus kuliah merasa menyesal terjebak di tempat ini. Kalau seandainya saya bisa menarik waktu, tidak akan pernah surat lamaran itu aku kirimkan ke kementerian agama, saya akan dengan sabar menunggu surat pengangkatan dari dinas pendidikan dan kebudayaan kala itu. Saya yang sudah nyaman menjadi Guru Bantu Bahasa Inggris di SMPN 1 Sukaresmi yang sekolahnya maju dan rapi, melihat madrasah ini, aku merana, sangat merana.
Apalah daya, life must go on. Akhirnya dengan berat hati saya memulai hidup baru di sini, di Cibanteng Ciranjang dengan menjadi seorang guru IPS dan Bahasa Arab. Wait, bukanya sarjana Bahasa Inggris, benar. Kala itu saya sarjana Bahasa Inggris yang mengajar IPS dan Bahasa Arab. Namun tadi apalah daya.
Seiring waktu, si guru muda ini, menjadi guru tua. Walau tidak terlalu tua. Semua kesombongan waktu muda sirna seiring waktu dan tenaga yang terus berkurang. Tapi kecintaan kepada lembaga ini, buka berkurang tapi semakin mendalam. Hampir 20 tahun, si guru setengah tua ini memikirkan apapun yang boleh jadi akan menjadi hal terbaik bagi siswa-siswinya. Segala cara dilaksanakan agar madrasah ini tumbuh menjadi madrasah yang hebat dan bermartabat.
Pertentangan, konflik, negosiasi sering mengiringi perjalanan karier ini. Ketika teman-teman di belahan lain sibuk dengan peningkatan karir, kami di sini sibuk memikirkan bagimana anak-anak kami bisa membaca dan menulis. Bagaimana mereka tumbuh menjadi pribadi yang mencintai Al-Qur'an. Bagimana mereka mengembangkan potensi dan mampu mencapai jalan kesuksesan versi mereka sendiri.
Menjelang 20 tahun masa kerja, Si Guru Bahasa Inggris ini merasa belum berhasil membawa madrasah ini menjadi madrasah yang layak bagi generasi muslim kita. Dalam ketidakmampuan dan keputusasaan ini, berdatangannya talenta baru di Madrasah ini kembali membuka semangat. Berkumpul dengan yang muda merasa kembali muda, dan badan yang tua ini tinggal menjadi jiwa yang bijaksana, yakni jiwa yang memberikan waktu bagi yang muda untuk menapaki jalannya. Keegoisan si tua yang tidak mau dikalahkan yang muda adalah kebodohan hakiki, karena sejatinya hanya nafsu kita yang muda, tapi badan dan kemampuan kita sudah menua.
Tidak usah membandingkan si ini dan si itu, kawan satu dengan kawan lain, apalagi ketika hendak berfikir dan bertindak yang terbaik tertahan karen orang lain tidak melakukannya, jangan. jangan seperti itu. Masa ini adalah masanya kawan-kawan. Jangan terpengaruh dengan kami yang lama. Jadilah orang baru yang kuat dan berdaya. Jangan jadi pendatang yang hanya menjadi pengekor yang lama dan pengikut yang malas.
Kuatlah, karena kawan-kawan orang kuat. Jadilah istimewa dimata anak-anak jangan jadi istimewa di depan Bu Eneng dan Bu Ros.
Tabiek.
إرسال تعليق