Tiga Sisi yang Berbeda Oleh Noormalia


Salam. Welcome Back. Akhirnya saya bisa kembali ke blog saya ini. Saya kemarin-kemarin sedang terjebak  dalam Labirin buku. Namun saya bahagia banyak dari teman yang semakin tertantang untuk menulis, seperti yang kali ini akan rekan-rekan baca. Bu Lia ini orang hebat. Saking hebatnya banyak bidang yang Ia kuasai. Kali ini dia hanya bicara 3, nanti saya yakin dia akan cerita bidang lainya. Ok, kawan-kawan yang udah kangen sama blog saya ini, mari kita baca saja cerita Bu Lia yang akan mengawali blog ini kembali. Sila!


Perkenalkan nama aku Noormalia tapi aku senang di panggil Lia. Aku terlahir dari orang yang super hebat dari rahim seorang ibu yang bernama Hj. Siti Nurbaya dan ayah yang bernama H. U. Gojali. Sekarang aku anak yatim karena aku telah ditinggalkan oleh Ayah sejak tanggal 31 Oktober 2018.  Profesi aku seorang ibu rumah tangga sekaligus guru di MTs. Negeri 3 Cianjur. Aku menikah sejak tanggal 7 Oktober 2009. Aku juga telah dikaruniai 2 orang anak yang keduanya jagoan.

Aku bangga di tempat kerja karena dikelilingi oleh orang-orang hebat. Mereka adalah sahabat sekaligus kakak dan adik bagiku. Ada bu Eneng Elis Aisah yang biasa aku panggil Ateu. Bu Rosipah yang biasa dipanggil Mah Ica. Bu Lilils Rahmah yang biasa aku panggil Bunda. Serta adikku bu nenden yang biasa aku panggil Mah Fika, dan banyak lagi yang lainya. Namun oleh keempatnyalah lah aku termotivasi untuk menulis. Padahal terus terang aku tak pandai untuk menulis. Aku bukan ahli sastra tapi aku orang eksak. Namun demikian aku memberanikan diri untuk menulis. Tulisan pertama aku beri judul “Tiga Sisi yang Berbeda”.

Anakku yang pertama merupakan cucu yang diharapkan oleh keluarga besar Bapak H. Ujang Gojali (alm) karena dalam keluarga tidak ada cucu laki-laki. Dia bernama Muhamad Rasyid Rafif Arkana Azhar yang biasa kami panggil dengan sebutan Raka yang singkatan dari Rasyid Rafif Arkana Azhar. Begitu bahagianya ayah aku dikaruniai cucu laki-laki maka Raka tidak diasuh oleh siapapun. Raka hanya boleh diasuh oleh Ayah dan ibuku walaupun aku telah menyiapkan orang untuk mengasuh. Sehingga pengasuh hanya diperbolehkan beres-beres rumah dan masak Oma dan Opah tidak mengasuh Raka.

Seperti biasa, setiap pagi sebelum berangkat kerja, Opah dan Oma ke rumah untuk menjemput Raka. Sepulang kerja, giliran aku yang menjemput Raka dari rumah Omah dan Opah. Namun suatu ketika, sebelum aku menjemput raka untuk pulang, Opah mengajak aku berbincang-bincang sambil menghadapkan pandangan beliau menuju hamparan sawah yang terbentang luas dan hijau. Opah berkata
“kasihan petani ya ateu” (panggilan biasa aku sebut dalam keluarga) lalu aku  menjawab
“kenapa?”
 “Dirugiikan” jawab opah pendek. Setelah menghela nafas, beliau melanjutkan
 “Bagaimana kalau kita buat toko pupuk dan obat-obatan pertanian disini”. Sejenak aku berfikir. Lalu aku kembali bertanya
“Darimana Opah modalnya?”. Lalu Opah jawab dengan senyuman.

Beberapa tahun kemudian rekan-rekan di tempat kerjaku memberitahukan aku bahwa suku bunga bank sedang turun. Asalnya aku tidak terlalu menghiraukannya tapi  akhirnya aku tergiur juga. Aku lalu berfikir untuk membicarakanya dengan Suami. Alhamdulillah, Suami mengijinkan. Akhirnya aku pinjam uang ke bank kemudian aku buka usaha, buat IMB, ijin bangunan, ijin usaha dan lain-lain.

Sekarang alhamdulillah meskipun Opah sudah tidak ada harapan dan impiannya terwujud. Mulanya usaha ini aku ingin berikan pada opah tapi apalah takdir tidak bisa dihela. Akhirnya aku berikan usaha ini kepada Omah, Mamahku tercinta. Semua surat-surat toko saya atasnamakan Omah. Namun sayang semenjak dibuka,  toko ini jarang beroprasi karena kesibukan aku dan suamiku. Begitupun, Omah semenjak Opah tidak ada Omah jarang ada di rumah. Omah sering berkeliling ke tempat anak-anaknya. Beliau kadang tinggal di Cianjur, Cipeuyeum bahkan ketika saya menulis tulisan ini, Omah hendak pergi ke Surabaya. Namun, saya pun sangat memahami rasa sepi yang Omah rasakan setelah Opah tidak disisinya lagi.

Alhamdulillah meskipun toko ini belum genap satu tahun tapi pelanggan sudah banyak. Bahkan pelanggan kami banyak dari pelosok –pelosok desa. Ketika toko ini jarang buka, banyak sekali pelanggan –pelanggan yang complain. Hal itu aku ketahaui dari Ua, kakak mamah yang rumahnya berdampingan.
“Ateu kasihan banyak yang mau belanja. Mereka pada pulang lagi”. Kata Uwa suatu waktu.

Uwa pun bercerita bahwa pernah suatu hari ada seorang ibu-ibu yang rela berjalan cukup jauh dari daerah Smp Haurwangi 1 ke toko. Ketika sampai tokonya tutup. Cerita uwa membuat aku berfikir agar meskipun tidak ada omah toko tetap harus buka. Sehingga saya berkesimpulan, saya yang akan menjadi penjaga took. Tentu, saya akan memulainya setelah pulang kerja hingga sore atau hingga malam jika pelanggan membutuhkanya.

Kali pertama aku terjun sebagai pedagang, saya sangat canggung menghadapi pembeli yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Aku pernah merasa cukup kagum, lucu, kesal bahkan happy berhadapan dengan mereka. Semuanya sangat jauh berbeda ketika aku berperan sebagai guru yang dihadapkan dengan anak-anak yang masih polos. Mereka lebih memperlakukan saya dengan baik dan hormat. Lebih berbeda lagi ketika aku berperan sebagi seorang ibu. Dengan dua jagonku, Raka dan Rayi yang mulai menyita semua pikiran dan konsentrasiku. Aku berusaha menjadi Ibu yang terbaik bagi keduanya.

Aku sadar bahwa sekarang aku memiliki tiga peranan yang berbeda. Aku adalah Ibu. Aku juga guru. Dan Aku juga adalah seorang pedang.  Sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi anak dan suami, saya ingin mereka mendapatkan yang terbaik yang Aku punya. Sebagai seorang guru yang harus mencerdaskan anak bangsa, aku pun ingin memberikan dedikasi professional yang terbaik pula. Dan disisi lain aku seorang pedagang, aku sangat ingin menjadikan para pelanggan tokoku sebagai raja. Ini adalah peran yang berbeda. Namun, aku harus harus memberikan pelayanan yang prima untuk ketiga bidang tadi. Aku bangga menjadi seorang ibu rumah tangga, guru sekaligus menjadi pedagang. Aku yakin aku mampu dan bisa walau kadang lelah mengintip aku untuk siap-siap merontokkan tekadku. Ikhas, aku kuatkan demi semua.

#gurumenulis
#gurumadrasahhebat

3 تعليقات

  1. Banyak tantangan yg hrs dihadapinya.Tpi semua itu bs teratasi,asalkan ada tekad dn semangat yg menggelora.

    ردحذف
  2. Tiga karir yg luar biasa, sukses selalu ya

    ردحذف
  3. Semangat tetehku salam sepupumu, aku bangga punya kakak yang bisa me menej waktu, 🥰🥰

    ردحذف

إرسال تعليق

أحدث أقدم

المتابعون

إجمالي مرات مشاهدة الصفحة