Rubrik CSG: Mall vs Warung (oleh: Nenden Mariani)

Saya mendapat kebahagiaan yang tak terkira ketika sebuah pesan masuk. Pesan panjang yang biasanya tidak saya baca, kali ini dengan antusias saya membacanya. Sang Guru Milenial di Madrasah kami menulis sesuatu. Dengan tagline mencoba menulis, Ia mengakhiri pesan panjangnya. Mendapati hal ini, Saya semakin bersemangat untuk melanjutkan Program Literasi Milenial Rural atau saya singkat Program L_Milenial_R dengan membuka Rubrik Catatan Seorang Guru (CSG). Dan inilah catatan pertama kita yang semoga membantu kawan-kawan untuk semakin memberanikan diri untuk menulis.
***

Tulisan ini tergores begitu saja dikala melewati keramain Kota saat hendak ke Cianjur. Siang menjelang sore salah satu Pusat Perbelanjaan terkenal di Kota kami dipadati para pengunjung. Ku perhatikan satu persatu. Mereka berbelanja kebutuhan sehari-hari. Rata-rata produk-produk yang mereka beli 75% banyak terdapat di warung-warung sekitar rumah atau pasar tradisional, baik di pedesaan apalagi di perkotaan. Dari wajah-wajah mereka tampak tak asing dimata, artinya mereka warga pribumi asli Cianjur.

Sekilas saya berfikir, seandainya mereka berbelanja sebanyak itu dengan belanja tunai rata-rata diatas 500 ribu rupiah. Dan mereka belanjakan di warung tetangganya atau warung saudaranya maka keuntungan atau profit yang mereka sumbangkan, otomatis masuk ke kantong pemilik warung tersebut. Dengan demikian warung-warung tetangga atau saudara kita akan semakin maju, sehingga mampu meningkatkan nilai perekonomian mereka.

Namun seandainya jika kita berbelanja di Mall, Swalayan dan Minimarket, yang entah siapa pemiliknya, entah orang mana dan dari mana, maka otomatis pula keuntungan yang kita sumbangkan setiap kita berbelanja, masuk kepada orang/pengusaha yang sama sekali mungkin tidak kita kenal. Mereka entah orang Indonesia, entah orang asing, entah muslim atau non muslim, entah orang kaya raya, atau mungkin milyuner, Wallohualam....

Berbeda jika kita berbelanja kebutuhan sehari-hari di warung atau toko tetangga kita. Keuntungan yang kita sumbangkan sudah jelas untuk pemilik warung tersebut yang jelas-jelas kita kenal. Bahkan dengan seringnya kita berbelanja di toko/warung tetangga kita atau saudara kita, mungkin akan semakin mempererat persaudaraan. Bukan hanya itu, dengan berbelanja di warung-warung sekitar rumah. Kita telah melakukan sumbangsih menggerakan ekonomi rakyat dari bawah. Sehingga perekonomian secara Nasional akan kuat bahkan mungkin akan mengurangi kapitalisme di Negeri yang kita cintai ini.

4 تعليقات

إرسال تعليق

أحدث أقدم

المتابعون

إجمالي مرات مشاهدة الصفحة