Alarm Diri

Sumber Koleksi Pribadi di Victoria Market

Pernahkan dada terasa sesak namun kita tidak memiliki penyakit sesak nafas? Pernahkah kepala terasa sakit padahal kita tidak sedang memiliki migraine? Pernahkan tiba-tiba kita tidak mampu berjalan? Badan susah digerakan? Dan senyum tidak mampu lagi dikembangkan? Hanya air mata yang begitu saja berjatuhan tanpa diperintah?

Itulah yang saya maksud dengan alarm diri. Badan oleh yang Maha Kuasa diciptakan tidak hanya menempel dengan anggota lainnya, tapi juga bersatu dengan pikiran dan hati. Spiritual Quotient, kecerdasaan spiritual adalah sebuah penemuan fenomenal dalan sejarah psikologi. Adalah Danar Zohar dan Ian Marshall dalam buku mereka yang berjudul SQ: Connecting with our Spiritual Intelegence tahun 2001 yang menempatkan kecerdasan ini di posisi puncak kecerdasan. SQ menurut Zohar dan Marshall mengukur sejauhmana kepercayaan dan nilai-nilai yang kita miliki dalam diri menghiasi hidup kita agar terciptanya hidup yang lebih baik, hidup yang lebih satisfying.

Berdasarkan Publisher Weekly, kerja Zohar dan Marshall sebenarnya berasal dari kajian riset seorang Neuroscientist, Rodolfo Llinas yang menemukan keberadaan 40 HZ Osilasi Saraf di otak manusia. Lalu Zohar dan Marsall menyebut areal ini sebagai pusatnya SQ. Riset yang dikemukakan oleh Marjan Karimipour, Siti Salwa Md. Sawari & Muhaidi Mustaffa Al Hafiz (2015) pun mendukung kajian SQ. Mereka menyatakan bahwa SQ mampu menciptakan dialog antara otak dan badan, logika dan emosi. Riset ini pun mengemukakan adanya hubungan yang positif antara spiritual intelligencedan spirituality (seperti Sholat dan membaca al-quran) serta kesehatan mental seseorang.

Dengan istilah yang rumit ini, saya mencoba membuktikan bahwa badan kita adalah bukti akan keberadaan dan kebesaran Allah YME. Tidak hanya itu, keberadaan penyatuan ilahiyah dalam badan kita terjaga dengan adanya alarm-alarm yang mampu memberikan sinyal apakah kita telah melakukan sifat ilahiyah atau sifat hayawaniyah atau sifat syaitoniyah. Bukti yang paling nyata, kenapa hati selalu tidak nyaman jika kita melakukan kesalahan.

Namun terlepas dari semua itu, kita bersyukur bahwa alarm diri kita masih berfungsi. Walau dada sesak, hati gundah, pikiran terganggu, tidur susah, kepala sakit, kita bersyukur bahwa kita masih diberi petunjuk, peringatan akan kesalahan yang dikerjakan atau mungkin masih diniatkan. Yang paling menakutkan sebenarnya jika alarm-alarm itu sudah tidak berfungsi lagi. Sudah tidak menyalakan peringatan lagi. Hati sudah tidak tergetar lagi. Mata sudah tidak mempu melinangkan airnya lagi. Kita celaka jika semua itu terjadi. Naudzubillah. Semoga di Nisfu ini kita masih mampu menangis!




Bahan Bacaan:
https://www.researchgate.net/publication/283510686_Religion_Spirituality_and_Mental_Health_A_Review_of_Literature [accessed May 01 2018].

https://www.amazon.com/SQ-Connecting-Our-Spiritual-Intelligence/dp/1582341311

https://www.psychreg.org/spiritual-quotient/

https://www.quora.com/What-is-Spiritual-Quotient-SQ-What-are-some-examples-of-a-high-low-SQ

4 تعليقات

  1. Sae.. .
    Ngabagungken bahasa ilmiah dengan bahasa populer sehingga hasilnya renyah utk dibaca. Nuhun teruslah berkarya dan nenginspirasi

    ردحذف
  2. Jika kita berbuat kebaikan (Al-Birr),mk akan membuat hati kita tenang.Sdgkn jk brbuat dosa (Al-Ism),mk akan mmbuat gundah dn bimbang hati (HR.Ahmad dan Darimi dri Wabisah bin Makbad).

    ردحذف

إرسال تعليق

أحدث أقدم

المتابعون

إجمالي مرات مشاهدة الصفحة