Literasi: Menyembuhkan & Menginspirasi


Genap satu bulan, saya memposting tulisan ringan di blog ini. Dalam kurun waktu yang sama pula, saya memberi tantangan kepada siswa saya untuk menulis. Pada mulanya saya pesimis. Namun ketika satu tulisan dari mereka sampai ke Whatsapps saya, saya berteriak riang gembira. Saya menjadi sangat percaya kepada mereka.

Tulisan yang mereka kirim sangat berarti bagi saya. Saya selalu rela mengetik tulisan tangan mereka. Saya juga berbahagia ketika mengedit karya mereka. Saya ikut sedih dan meneteskan air mata, ketika tulisan mereka berisi tentang kelukaan dan kekecewaan. Saya juga merasa gereget seperti cerita yang mereka tulis.

Saya merasa ada rasa yang sampai sekarang susah saya simpulkan ketika bergelut dengan tulisan mereka. Saya merasa ternyata banyak hal yang mampu membuat anak-anak kita menderita dan banyak hal pula yang mampu membuat mereka bahagia. Kita orang dewasa tentu tidak akan berfikir bahwa hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Namun, kita juga patut optimis kepada mereka karena mereka mampu menumpahkan semua sesak dada mereka dalam tulisan walaupu masih nampak tulisan mereka adalah tulisan penuh emosi yang ingin tumpah dalam waktu yang bersamaan.

Menulis begitu sangat berarti bagi mereka. Menulis mampu menyembuhkan serta mampu menginspirasi (Healing and Awakening). Menulis menyembuhkan rasa-rasa yang terpenjara dalam dada. Ketika masalah bertumpuk, ketika beban sudah begitu berat ingin rasanya kembali kosong maka menumpahkan perasaan dengan benar adalah suatu keniscayaan. Ketika kita curhat terhadap seseorang, kita cenderung gibah. Namun ketika kita menumpahkan semua beban dengan cara menulis tidak hanya mengobati jiwa penulis juga mampu menginspirasi orang yang membacanya. Ekspresi tulisan mampu untuk dibuat logis, sistematis serta indah.

Saya merasa program literasi seperti ini mampu memberikan makna dan solusi yang dapat mengisi kekosongan hati. Kekosongan dan kehampaan ini sangat membahayakan karena mampu menjadi permulaan dari semua konspirasi yang jahat. Dan saya menemukan itulah yang terjadi dibalik semua kenakalan remaja di madrasah saya.  

Fahd Pahdepi, pengarang buku Hijrah Bang Tato menggarisbawahi bahwa cerita mampu menghadang radikalisme. Seorang penulis kelahiran Cianjur Tahun 1986 yang terpilih menjadi salah satu dari 20 Pemimpin Muda Australia-ASEAN versi Asialink atau ASEAN Emerging Leader tahun 2013 juga menambahkan bahwa cerita mampu menyembuhkan. Dengan Soft Power, yakni berupa cerita dan tulisan, Kang Fahd mampu mengajak seorang Bang Tato yang asalnya seorang preman menjadi seorang Muslim yang mampu hijrah dan berwirausaha. Semua, menurut Kang Fahd, butuh kesempatan dan dukungan.

Semua yang dikatakan dan dilakukan Kang Fahd sangat menginspirasi. Tulisan yang dibuat Beliau dan akhirnya sampai ke tangan saya mampu menggerakan saya untuk membuka diri dan berkata apa sumbangsih terbesar saya terhadap Negara. Ketika saya setiap waktu bergelut dengan siswa, serta bertahun-tahun menjadi kesiswaan maka siswalah yang harus menjadi fokus saya. Dan saya menemukan lewat cerita mereka sendiri bahwa mereka terpenjara dan mereka butuh didengar. Dan tulisanlah yang mampu membuat kita mendengan dan sadar serta akhirnya urun berbuat.

Tentu program ini, bukanlah akhir. Saya semakin bersemangat untuk memberi dukungan dan kesempatan kepada Siswa-siswa saya juga generasi muda rural (baca: desa) tempat saya tinggal.  Mereka butuh skill. Mereka butuh ekspresi diri yang benar. Oleh karena itu, saya mengajak semua teman yang membaca tulisan ini untuk mulai berbuat. Berbuat tidak harus dengan materi, juga bisa dengan immateri. Apapun bisa Anda lakukan asalkan Anda mau. Mari bergabung dengan Saya di Program Literasi Milenial Rural (Program L-Milenial-R) yang semoga Healing & Awakening.

2 Comments

  1. Bisa utk dikembangkan lagi kumpulan tulisannya menjadi sebuah buku.Selamat tlh menjadi penggerak dn motivator para kader mujahid MTs.N 3 Cjr.

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post

Followers

Total Pageviews