MENIMBANG NOVEL TOTTO CHAN & MENGAMBIL HIKMAHNYA (OLEH DINA ALIFA MAULUDIYAH)


Dina Alifa Mauludiyah, layaknya Azri, adalah salah seorang bintang yang bersinar dalam Galaxy saya. Menjadi Ketua OSIS periode 2017/2018, Dina Sang Pemalu dan Pendiam, mampu berubah walaupun perlahan. Alumni SDN Neglasari yang lahir tanggal 27 Mei 2003 adalah selalu menjadi gadis kecil yang saya ingat ketika tinggal di rumahnya tahun 2006. Penyuka pink ini adalah seseorang yang rajin dan pekerja keras. Ia pernah berkata “If you feel desperate to do something, then don’t hope you will success”. Saya berharap kelak bintangnya mampu bersinar terang menghiasi Galaxy-nya sendiri. Semoga ia menjadi penulis yang melanglangbuana ke Mancanegara, seperti Tetsuko Kuroyanagi.


Suatu malam pada tanggal 6 Maret 2018, HP saya berbunyi. Guru bahasa Inggris saya mengirim pesan.
“Mau baca Novel ga?” katanya singkat. pada saat itu waktu menunjukan pukul 20.41 WIB. Saya kala itu sedang menyiapkan buku untuk di bawa besok.  
“Buatlah resensi” tambahnya pendek. Saya hanya bisa menjawab “muhun” sambil saya berfikir bagaimana cara meresensi.
***
Meresensi buku pada hakikatnya adalah suatu kegiatan seseorang untuk menilai sebuah karya milik orang lain. Target utama dari meresensi buku adalah untuk memberikan informasi buku kepada para pembaca dan masyarakat luas mengenai kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Toto Chan, Gadis Kecil di Jendela ini adalah sebuah novel terjemahan. Ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi pada tahun 1981 dan menjadi best seller di Negara asalnya, Jepang. Kelebihan buku ini adalah sebagai berikut:
1.  Penuh humoris. Itulah kesan pertama saya yang dapat saya katakana setelah saya membaca buku tersebut.
2.   Penulis dapat mengambil tehnik penulisan yang sederhana dengan penokohan yang tercermin melalui adegan-adegan yang sepeti nyata yang diucapkan melalui dialog oleh masing-masing karakter.
3.   Melalui novel ini, Sang Penulis juga menjelaskan dan mengajarkan sebuah metode pendidikan yang sebenarnya dimana siswa tetap senang dengan pelajaran sekolah yang sesuai dengan bakat dan minat siswa tanpa ada paksaan apapun.
4.  Buku ini menampilkan sosok orang tua Totto Chan yang sabar dalam menghadapi masalah yang dihadapi anaknya dan ia tetap menyayangi anaknya yang berbeda dengan anak-anak sebayanya
5.  Buku ini juga menampilkan karakteristik seorang guru dan kepala sekolah yang patut di contoh, seperti guru yang penyayang dan bijaksana.
6.  Kepiawaian dan kepintaran penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasa yang digunakannya dalam teks novel tersebut
7.  Amanat yang terkandung dalam Novel tersebut sangat luar biasa banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan orang tua untuk tidak memberi tahu anaknya “totto chan” yang saat itu masih duduk di SD kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan dari sekolah. Bagaimana jika saat itu ibunya memberitahukan yang sebenarnya bahwa Totto Chan itu dikeluarkan dari sekolah? Ia mungin tidak dapat merasa begitu semangat dan bahagia pada saat hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen.
8. Selain itu gaya bahasa yang terbilang cukup menarik untuk dibaca. Novel tersebut sangatlah bermanfaat karena ketika kita membaca novel tersebut kita menjadi tidak bosan, malahan sebaliknya novel itu memberi kenyamanan tersendiri kepada para pembaca pada saat kita menyimak setiap alur ceritanya.
9.    Kisahnya memberikan pelajaran yang patut diteladani terutama dalam aspek moral dan sosial.
10. Terdapat kata-kata yang membuat kita terinspirasi untuk menjalani hidup sebagai pendidik. Contohnya seperti “setiap siswa pasti memiliki kesenanga masing-masing yang dapat mereka kembangkan sejak dini”
11.  Penempatan tempat dan waktu sangat detail karena setiap bab hanya terdapat beberapa halaman saja sehingga memudahkan pembaca untuk membaca dan tidak memunculkan rasa bosan pada pembaca.

Saya juga merasakan ada sedikit kekurangan dalam Novel ini, yakni:
1.  Bahasa yang digunaka masih menggunakan kata yang sering diulang sehingga pada pertengahan cerita dirasa cukup agak membosankan
2.  Banyak menggunakan beberapa bahasa daerah Jepang, misalnya seperti Ma Sow, Chaan, sake, tsukuda-in, kinpir gobo, nori, chikuwa dan denbu.
***
Namun terlepas dari itu semua, saya menemukan kebahagiaan. Saya juga mendapatkan banyak pelajaran terutama tentang persahabatan, rasa hormat, menghargai orang lain dan yang terutama menjadi diri sendiri. Saya berharap ada sekolah seperti Tomoe Gakuen, sebuah sekolah dengan kelas Gerbong Kereta Api, di Indonesia, dimana kita bisa dengan bebas berekspresi dan menggali pengetahuan dengan cara kita sendiri.
***
Terima kasih tak terhingga kepada Guru Bahasa Inggrisku, Eneng Elis Aisah.

1 Comments

  1. Good..Good..Good...! Kebiasaan menulis harus dimulai sejak dini. Lanjutkan !

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post

Followers

Total Pageviews